Laporan Kerja Departemen Diakonia

December 30, 2008 at 7:08 pm Leave a comment

Laporan Kerja Departemen Diakonia

Peride 2004-2008

Disampaikan pada Sinode Godang HKBP 2008

di Seminarium HKBP Sipoholon, 01 – 07 September 2008

 

I.                   Pengantar

 

Segala Puji dan hormat kita panjatkan pada Allah Bapak, Anak dan Roh Kudus yang memberi kesempatan bagi gereja HKBP untuk berkiprah melayaniNya ditengah jemaat, bangsa dan dunia. Berbagai tantangan dan peluang telah diberikan Tuhan bagi gereja HKBP sepanjang periode pertama setelah pemberlakuan AP 2002 yang baru dari tahun 2004-2008.

 

Sungguh luar biasa  yang diberikan Tuhan bagi kita sepanjang tahun 2004-2008 yang lalu. Banyak hal yang perlu dirayakan karena berbagai program dapat dilakukan merespon berbagai masalah gereja dan peristiwa terjadi. Tetapi juga perlu diakui masih ada rencana program yang direncanakan belum dapat dilakukan sepunuhnya karena berbagai alasan situasional dan kondisional.

 

II. Gambaran Umum Pelayanan Departemen Diakonia

 

Dalam laporan informatip ini kami dari departemen diakoni berturut-turut akan menyampaikan sistematika sebagai berikut. Pertama, laporan ini akan disampaikan dalam bentuk laporan informasi umum (hatopan). Kedua, detail laporan ini dilengkapi dengan capaian program diteruskan, peningkatan, maupun dalam bentuk baru, karena kebutuhan yang mendesak (crash program) serta alasan-alasannya. Kemudian laporan juga akan dilengkapi dengan berbagai kegiatan lintas departemen yang menjelaskan join program dengan distrik, maupun dengan berbagai lembaga yang ikut dalam proses pemberdayaan pelayan, jemaat dan masyarakat. Selain itu laporan ini juga dilengkapi dengan berbagai lampiran lain yang memuat bentuk proposal rekomendatip yang diharapkan dapat memberi masukan lebih konkrit agar mendapat pengesahan dari Sinode Agung HKBP ini.

 

Sesuai AP dan RIPP ada 5 bahagian utama tugas departemen diakonia, yakni : Pertama, Mengkordinasi Pelayanan Pendidikan. Kedua, Mengkordinasi Pelayanan Kesehatan. Ketiga, mengkordinasi pelayanan Diakoni Sosial. Keempat, mengkordinasi Pelayanan Masyarakat. Kelima, mengkordinasi Pelayanan masalah-masalah kemasyarakatan serta masalah-masalah lingkungan dan bencana alam. Untuk menjalankan pelayanan ini, Rapim, Rapat MPS dan Rapat Praeses telah melakukan beberapa langkah strategis.

 

  1. Langkah pertama adalah membenahi, melakukan pemberdayaan dan konsolidasi unit pelayanan diaras  pusat ( hatopan ). 

 

1.1.      Di Unit pelayanan Pendidikan. Sebelum tahun 2007 unit pelayanan ini sepenuhnya dilayani oleh sekretariat biro pendidikan. Namun sejak tahun 2007 telah dibentuk BPP HKBP (Badan Penyelenggara Pendidikan) sesuai dengan amanah Sinode Agung 2002. Karena itu sejak 2007 penanganan kegiatan pendidikan HKBP sudah dialihkan ke BPP. Walaupun secretariat biro pendidikan HKBP masih tetap berfungsi di Kantor Pusat, istimewa membantu pengurusan administrasi. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan Sekretaris biro pendidikan kantor Pusat yakni : pertama melakukan urusan administrasi seperti melayani kebutuhan rekemendasi ke pemerinta atau surat pengangkatan direktur sekolah HKBP bekerjasama dengan secretariat Sekjen HKBP. Kemudian sudah dilakukan kegiatan peningkatan kapasitas mutu pendidikan terhadap direktur sekolah-sekolah HKBP. Juga telah dilakukan konsultasi dan strategik planning pendidikan bekerjasama dengan Departemen Pendidikan gereja Lutheran Australia dengan Yayasan Kryasa dan Yayasan Sekolah Penabur Jakarta. Kemudian sejak tahun 2005-2008 sudah dilakukan pengiriman siswa SMU HKBP dari Dairi ke sekolah setaraf SMU di Australia, demikian juga guru-guru HKBP (Lampiran 1).

 

Sejak tahun 2007 Pengurus BPP dipimpin oleh Ibu Devi Panjaitan br Simatupang. Beberapa kegiatan sudah dilakukan BPP, a.l. Pertama, telah diadakan pelatihan Direktur Sekolah-sekolah HKBP tentang managemen pendidikan dan pengelolaan sekolah. Kedua, sudah dilakukan prioritas sekolah unggulan di Medan dan melakukan bimbingan intensive bagi murid pilihan di Medan. Ketiga, tanggal 17-21 Juni untuk pertama kalinya di HKBP telah diadakan konprensi dan Ibadah raya Guru-guru sekolah se-HKBP di Sipoholon. Keempat, sudah diadakan sistem rekruitmen pengiriman Direktur sekolah untuk studi banding ke Australia. Kelima, juga sudah dilakukan berbagai pelatihan pemberdayaan guru-guru sekolah bagi semua guru-guru SMU,SMK,SMP.

 

1.2.      Di unit pelayanan kesehatan, departemen diakonia beberapa kali telah mengkordinasi kegiatan Akademi Perawat di Balige, yang kini dipimpin oleh Ibu Diak. Lamria Simajuntak (Lampiran 2). Demikian juga beberapa kali telah menghadiri rapat koordinasi HIV-Aids. HIV Aids sampai sekarang masih di dalam koordinasi bersama dengan Sekjend, Pimpinan Komite Nasional HIV Aids dipinpin oleh Ibu Dr. Loly Simajuntak, Sp.PD. Karena pelayanan kesehatan ini masih konstenrasi dengan program pelayanan RS Balige dan RS Pembantu Nainggolan, Akper dan HIV aids, maka biro pelayanan kesehatan belum dikembangkan maksimal (Lampiran 3).

 

1.3.      Unit Pelayanan Diakonia sosial (Lampiran 4), kini telah dikembangkan peranannya menjadi lembaga Caritas dan Emergency. Kini biro ini dipinpin oleh Pdt Sudung Lingga. Lembaga ini mengkordinasi pelayanan terhadap yatim piatu PA Elim (Lampiran 5) dan juga pelayanan orang Buta, cacat di Hepata (Lampiran 6). Namun selain kedua kegiatan tersebut, kini biro ini menjalankan program yang lain. Pertama, sejak tahun 1985 unit pelayanan Hepata sudah mengembangkan beberapa model pendekatan terhadap orang cacat selain dari model pengasramaan. Gagasan baru ini sudah digagas sejak kepemimpinan Pdt Balosan Rajagukguk. Model pertama, mengupayakan program memandirikan orang cacat untuk mengurus keluarganya. Kedua melakukan model Community Base Rehabilitation yang mengembangkan gagasan pemberdayaan keluarga bertanggungjawab dengan anaknya dan orang cacat itu sendiri walaupun tetap tinggal bersama keluarga, ia didampingi, dilatih, diberi ketrampilan khusus, dsb. Kini gerakan CBR ini sudah tersebar menjangkau 5 Kabupaten di Sumatra Utara di bawah pimpinan Bapak Marusaha Simamora (Lampiran 7). Kedua, mengkordinasi gagasan peduli orang tua terhormat/ lansia (Papos) yang didirikan bersama dengan 4 distrik terdekat: Distrik Sumtim, Tebing Tinggi, Tanah Jawa dan Asahan Labuhan Batu. Sekretarisnya saat ini Pdt. ChT Napitupulu berkantor di lapangan Bola Atas Pematangsiantar. Ketiga, untuk mendukung pelayanan diakonia sosial, maka sejak tahun 2007 juga sudah didirikan Radio komunitas ”Suara Diakonia FM 107.8” di Kantor Diakonia sosial Pematangsiantar.

 

1.4.      Unit Pelayanan Pengmas. Karena kondisi sulit, sebagai akibat masalah dengan donor , maka unit pelayanan ini sempat tersendat melakukan pelayanannya hingga tahun 2005, akibatnya telah terjadi pengurangan tenaga staf. Bahkan lebih jauh telah terjadi pengurangan kuantitas program. Tapi lambat laun sejak tahun 2006 sampai sekarang Pengmas telah berusaha keras untuk berupaya membangun jaringan dalam negeri. Syukur bahwa kini lembaga ini telah pulih kembali, karena sudah mampu menjalankan programnya memberdayakan rakyat petani, nelayan dan buruh. Ini bisa berjalan baik, karena lembaga ini sudah mendapat perhatian dan bantuan, baik dari berbagai sponsor  jemaat HKBP, maupun dari donor luar negeri seperti dari Australia. Dalam periode ini pimpinan lembaga ini adalah Pdt Rein Justin Gultom. Prioritas program dari biro ini adalah pemberdayaan masyarakat terisoler dan miskin kota dengan berbagai program alih teknologi pertanian organik dan terpadu. Kemudian juga sudah semakin intensip ditingkatkan pelayanan organisasi ekonomi kerakyatan atau Credit Union. Kini sudah ada upaya meningkatkan kesatuan organisasi CU jemaat HKBP untuk mendirikan Badan Koordinasi Credit Union HKBP. Fungsi dari Badan Koordinasi ini selain memfasilitasi pendidikan, juga akan mengkordinasi pengawasan, ansuransi anggota, serta menjadi interlending keuangan sesama anggota CU HKBP, baik membangun solidaritas meminjam,dan pengadann modal, maupun membangun subsidiaritas antara CU yang kuat memberdayakan CU yang lemah.   Bahkan tanggal 3 Augustus 2008 juga unit pelayanan Pengmas bersama dengan HKBP Resort Tiga Dolok, atas nama Bapak Pdt Krimson Simamora, dkk telah mendirikan Sekolah Lapangan Pertanian. Sekolah ini didirikan untuk memberdayakan anak muda pengangguran supaya menjadi petani yang trampil, percaya diri dan terpanggil menjadi jemaat missioner kepada para petai di desanya. Kini lembaga ini sudah mendapat dukungan positip dari ALWS Australia. Tanggal 20-22 Augustus 2008 juga telah diadakan pertemuan evaluatip terhadap seluruh kegiatan, termasuk pelayanan kelompok tani, Bakor CU dampingan Pengmas di Sopo Toba. (Lampiran 8)

 

1.5.      Unit pelayanan masalah kemasyarakatan. Sebagaimana telah difahami bahwa unit pelayanan ini adalah pelayanan yang masih relatip baru dalam struktur pelayanan diakoni di HKBP. Selama ini strategi pelayanan masih melakukan pendekatan karitatip dan development saja, tetapi dengan adanya program baru ini sesuai dengan tuntutan visi dan misinya HKBP yang inklusip, edukatip, serta mempertimbangkan pendekatan berdasarkan kode etik kemanusiaan. Maka dalam periode ini unit pelayanan ini telah mengupayakan pemberdayaan pelayanan yang bersifat edukatip, empowerment dan advokasi kebijakan yang memihak jemaat dan rakyat lemah, miskin dan tertindas.

 

Untuk pencitraan pelayanan baru ini terlihat telah berlangsung proses baru dari pelayanan di aras jemaat, distrik dan pusat. Juga telah terjadi respons baru pelayanan terhadap bencana alam. Antara lain, HKBP telah merespon program terhadap korban tsunami di Aceh dan Nias, gempa bumi di Nias dan Mentawai. Demikian juga ketika merespon korban banjir bandang di Tanah Alas, gempa bumi di Bantul – Yogyakarta, tsunami di Pangandaran, banjir bandang di Besitang, banjir di Jakarta, gempa di Tapsel dan Sumatera Barat. Ini menunjukkan bahwa telah ada minimal 5 kesadaran baru di tubuh HKBP merespond kejadian bencana alam. Pertama, telah ada kesadaran yang spontan, cepat dan responsip dari berbagai distrik di HKBP untuk mengirimkan bantuannya ke jemaat yang terkena bencana. Kedua, setiap distrik bahkan sudah mampu memotivasi warganya untuk langsung membantu masyarakat yang terkena bencana, tanpa menunggu surat dari kantor pusat. Ini patut dihargai, karena disana sudah terlihat adanya kebangkitan tanggungjawab dan berfungsinya pelayanan diakonia di aras distrik dan di aras resort. Ketiga, telah bertumbuh spontanitas seperti telah dimulainya membudayakan (to be cultured) diakoni di aras distrik dengan adanya usaha melatih tenaga menghadapi terjadinya bencana sewaktu-waktu ( seperti di Distrik Jakarta II), memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan, serta adanya usaha untuk pengadaan fonds yang dapat digunakan secepatnya. Keempat, HKBP , jika dahulu hanya mampu membantu jemaat dan masyarakat yang terkena bencana dalam bentuk dana solidaritas, maka saat ini sudah sampai kepada tahap rehabilitasi. Kelima, melalui pelayanan HKBP melayani korban peristiwa tsunami, HKBP telah didorong untuk mengembangkan managemen pelayananya terhadap para survivor secara professional dan sesuai dengan kode etik internasional (code of conduct). Sehingga HKBP melalui program implementer dari lembaga YTBI telah dapat melakukan pelayanan mulai dari program emergency, rehabilitasi, rekonstruksi dan mitigasi serta prepardness. Kini HKBP telah diakui kapasitas lembaga dan managemennya dari YTBI, dan dari lembaga Auditor Internasional (Lampiran 9). Halnya HKBP ke depan perlu membenahi kelembagaannya agar terbuka juga menerima keanggotaan dari anggota gereja Lutheran lainnya di Indonesia. Sebab hanya dengan cara itu lembaga tersebut dapat menjadi bagian terpercaya untuk menjalankan program disaster dalam kategori internasional dan nasional. Kini lembaga ini dipimpin oleh Dr. Jongkers Tampubolon, MSc. Keenam, karena HKBP telah diakui komitmen dan konsistensi melayani masyarakat yang terkena bencana, maka HKBP dinilai tidak lagi hanya memikirkan warga HKBP saja, tetapi mencakup masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan visi HKBP yang inklusif. Karena itu kini HKBP sudah diterima menjadi mitra dalam lembaga managemen disaster dengan negara-negara lain di Asia. Oleh gereja LCA Australia HKBP telah diikutsertakan mengikuti pelatihan ketenagaan dan managemen disaster di Asia. Kita sudah mengirim 4 gelombang mengikuti latihan managemen bencana alam 2 kali ke Bangladesh, dan 2 kali Kamboja. Ketujuh, karena adanya keseriusan HKBP menangani bencana alam dan butuhnya HKBP memiliki kemampuan rehabilitasi dan rekonstruksi, maka Universitas HKBP Nomensen juga telah didorong oleh lembaga Lutheran se-dunia untuk mendirikan satu lembaga Community Development Studies (Studi-studi Pembangunan) di Simalingkar Medan. Kini program tersebut telah didukung oleh Gereja-gereja Lutheran se-dunia, teristimewa dari Amerika, Australia, dan Eropa. Memorandum of Understanding telah ditandatangani bersama. Ke depan lembaga ini selain dapat meningkatkan taraf akademik studi pembangunan di Sumatera bagian barat, juga sekaligus dapat membangun kerjasama dengan lembaga gereja-gereja di Sumut untuk merekrut dan melatih tenaga dari distrik dan gereja-gereja Sumatra serta petani secara trampil dan memenuhi standard alih teknologi terapan yang tepat guna. Kini lembaga CDS ini dipinpin oleh Dr. Erika Pardede.

 

Untuk menjalankan kesungguhan HKBP ikut dalam gerakan oikumene sedunia, serta berdasarkan komitmen bersama anggota UEM, maka HKBP sejak tahun 2004 telah meningkatkan status JPIC (Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan) menjadi salah satu sekretariat khusus di departemen diakoni. Lembaga ini dipimpin oleh Pdt. Melinda Siahaan,S.Si dengan berbagai program lingkungan hidup, solidaritas terhadap Ibu dan anak, program advokasi lingkungan, termasuk untuk mendampingi pelayan Perempuan di HKBP agar sungguh-sungguh diakui memiliki hak yang sama dalam posisi kepemimpinan dan pelayanan di HKBP. (Lampiran 10)

 

Kemudian juga di unit pelayanan ini sudah sempat dipikirkan perlunya pelayanan merespon masalah kebijakan negara yang menimbulkan implikasi yang meresahkan masyarakat, terlebih menyangkut dikeluarkannya SK 2 Menteri tentang tugas kepala daerah dalam pembangunan rumah Ibadah. Implikasinya sangat merugikan kerukunan, sebab kebijakan tersebut telah dimanfaatkan pihak-pihak lain untuk melakukan perusakan rumah ibadah secara paksa termasuk 7 gereja HKBP. Bersama dengan gereja-gereja UEM telah diupayakan untuk mendiskusikan dan memikirkan pembentukan lembaga Bantuan Hukum. Ide itu muncul, karena kita tidak mungkin menonton saja dan membiarkan gereja lain justru lebih aktip membantu kita. Namun program ini hanya disambut oleh beberapa Gereja seperti GKPI dan HKBP di Jakarta, sehingga program ini tidak berlanjut optimal, karena beberapa gereja anggota UEM tetap masih yakin dengan cukup mendukung program advokasi PGI.

 

Program lainnya di unit ini telah diupayakan untuk melayani dan untuk mengkaji pelayanan terhadap berbagai masalah-masalah yang dihadapi buruh kebon, buruh industri, migrant workers (Lampiran 11), pelayanan penjara, pelayanan terhadap nelayan dan pelayanan terhadap masyarakat terisoler (Lampiran 12). Pelayanan misi baru ini sedang dalam proses menjajaki, dan karena kebutuhannya yang urgen, maka program ini semestinya sudah  harus menjadi prioritas utama ke depan.

 

2.      Selain melakukan strategi pemberdayaan dan konsolidasi  unit pelayanan diatas, departemen diakoni juga telah membenahi sekretariatnya, terlebih menyangkut upaya-upaya membangun koordinasi program. Maka telah dikembangkan satu biro baru, yang disebut dengan biro transformasi yang tugasnya adalah untuk melakukan pengorganisasian pelayanan departemen diakonia untuk memperlengkapi para pelayan. Untuk itu berbagai kegiatan pemberdayaan telah dilakukan melatih para pelayan yang direkomendasi para Praeses. Kemudian biro ini juga telah dapat membantu Kadep untuk mempersiapkan proposal dan melakukan kegiatan diakoni yang bersifat hatopan. (Lampiran 13)

 

3.      Strategi pemberdayaan distrik sudah dilakukan dengan berbagai program pemberdayaan. Petama, telah dilakukan kerjasama departemen diakonia untuk merekomendasi dan melakukan perekrutan pelayan untuk mengikuti berbagai kegiatan diakonia hatopan . Karena itu telah diutus beberapa orang pelayan mengikuti latihan pertanian ke berbagai pusat latihan di Jawa, Pagar Batu dan Tongkoh Brastagi, pelatihan bagi calon manager CUM, latihan kepemimpinan, dsb (Lampiran 14). Kedua,juga telah dilakukan upaya pemberdayaan para Praeses memahami dan melihat dari dekat pelayanan diakonia. Para Praeses sudah mengunjugi program L-peka di Aceh, Jokja. Ada yang dikirim mengikuti program diakonia mengkaji konsepsi pelayanan merespond disater ke Kamboja dan Bangladesh. Ketiga, distrik juga telah bekerjasama dengan departemen diakoni mengimplementasi program berkelanjutan. Sudah ada 19 distrik melakukan join program  konsultasi pelayanan diakonia jemaat dan distrik sesuai permintaan distrik. Keempat, juga sudah ada kerjasama membentuk bersama lembaga pelayanan mikro ekonomi atau CUM.

 

4.      Karena kebutuhan yang strategis dan mendesak, maka departemen diakonia sudah berupaya untuk mengagas terobosan pelayanan. Pertama, telah dikembangkan unit pelayanan Pastoral dan telah terbentuk kelompok kerja terlebih dalam upaya merespon masalah-masalah kekerasan dalam keluarga (domestic violence). Namun program ini belum berjalan efektip, karena ketiadaan tim pelayanan yang profesional dan tenaga yang mampu mengorganiser jaringan pelayanan. Kedua,juga sudah ada staf untuk membangun jaringan dengan pemerintah daerah dalam hal mengakses hubungan kerjasama kegiatan program di bidang pertanian . Ketiga, kadep diakoni juga telah melakukan jaringan dengan lembaga dalam dan luar negeri. Karena itu Kadep diakonia juga telah mengikuti beberapa kegiatan Workshop pendidikan di Hongkong, disater di Bangladesh dan Kamboja, sebagai key note speaker di Asian Lutheran Conference di Bangkok, menyampaikan ceramah pada konsultasi Internasional pelayanan diakonia di Porto Allegre di Brazilia, mengikuti tiga kali Symposia di Amerika dan mengadakan studi reis hubungan oikumene ke Vatikan Roma, Konstantinopel dan Jerman. Mengadakan kunjungan kerja pendidikan dengan Pengurus Pendidikan Gereja Lutheran Australia. (Lampiran 15). Keempat, departemen diakonia senantiasa bekerjasama dengan personalia dan Praeses dalam menempatkan manager CUM. Kelima, bekerjasama dengan Praeses departemen diakonia sudah memfasilitasi berbagai kegiatan orientasi pelayan dari distrik . Keenam juga bersama dengan sekretariat Kantor Pusat telah diadakan pelatihan bersama latihan data base.

 

5.      Dalam langkah peran sosial HKBP di masyarakat, maka telah terbentuk beberapa lembaga pelayanan. Pertama pengembangan ekonomi mikro, atau CUM (Credit Union Modifikasi). Bapak Dr AM Ambarita telah mengagas model managemen keuangan mikro CUM, dan telah memberikan hak patennya kepada HKBP melalui departemen diakonia dan para Praeses (Lampiran 16).  Kini sudah ada 25 atau sudah 26 unit pelayanan CUM di 19  distrik di HKBP. Jumlah total dana terkumpul yang dikelola secara profesional oleh para manager CUM, sebanyak 6,1 milyard jumlah saham, anggota 6720 jiwa. Dampaknya kini sudah sangat banyak menolong masyarakat, termasuk anggota dari anggota gereja lain, bahkan dari agama lain. Sehingga program ini sangat strategis difahami dalam kaitan dengan pelayanan kesaksian yang inklusip ( Marturia). Ke depan sangat dibutuhkan terbentuknya satu lembaga untuk mengadvokasi kebutuhan Badan Koordinasi CUM dan Badan Koordinasi CU sebagai mitra departemen diakonia di level nasional. Karena itu gerakan CUM dan CU kiranya dapat dilegitimasi sebagai peran sosial HKBP mensejahterakan jemaat dan masyarakat. (Lampiran 17). Kedua, alumni pelatihan pertanian terpadu telah mulai mengembangkan konsep pertanian selaras alam atau pertanian terpadu serta organik. Dampaknya tidak hanya dapat diukur dari hasil yang dicapai oleh para alumni pelatihan pertanian. Lebih jauh kini sudah banyak dari antara mereka berperan sebagai guru, motivator dan penganggas pembaharuan pertanian di desanya. Bahkan sebahagian dari para alumni ini sudah berupaya untuk membentuk komunitas peduli petani di masing-masing tempat. Sehingga pada bulan Juli 2008 yang lalu sudah ada upaya meningkatkan komunitas tersebut ke level hatopan di HKBP .  Ketiga, beberapa alumni Pdt HKBP yang mengikuti pelatihan juga sudah ada upaya untuk mengembangkan pargodungan sebagai pusat inspirasi pertanian terpadu, intensifikasi dan diversifikasi produksi. Ke depan lembaga pargodungan ini diharapkan menjadi model pemberdayaan petani. Karena ini program yang dulu sudah ada di HKBP Huria mangurupi Huria ( HMH) kiranya dapat dilanjutkan sehingga program solidaritas dan subsidiaritas dari jemaat yang memperoleh banyak dapat memampukan jemaat yang memperoleh sedikit dengan tanggungjawab ( 2 Kor 8.15 ).

6.      Untuk menanggulangi berbagai masalah kebutuhan ansuransi kesehatan, maka dengan para pelayan dan distrik juga telah didiskusikan upaya-upaya pengadaan asuransi kesehatan.

 

III.       Rekomendasi-Rekomendasi (Terlampir pada lampiran 18)

Ada tiga rekomendasi yang diharapkan mendapat perhatian Sinode Godang ini. Pertama agar HKBP mendukung program pemberdayaan pelayanan terhadap pertanian organik yang diorganiser para alumni pelatihan pertanian terpadu. Untuk itu sangat diharapkan dipulihkannya kembali program Huria mangurupi Huria ( HMH ) atau program DKM ( pemberdayaan daerah kurang mampu ). Kedua, agar HKBP dapat mengakomodasi integrasi pelayanan CUM di distrik dan wilayah serta Propinsi yang memungkinkan. Sebab selain di Sumatra Bagian selatan, Jambi, Riau, Sumatra Utara dan Aceh, CUM juga sudah berdiri di Bandung dan di Jakarta 3. Dalam kaitan ini ada juga baiknya digiatkan gerakan solidaritas dan subsidiaritas orang perorangan dan antar jemaat yang mampu mendukung gerakan CUM dan CU ini, agar yang miskin dapat mandiri dan berdaya menanggulangi kemiskinan.

Ketiga, agar HKBP dapat saling menopang pelayanan menanggulangi masalah kesehatan sesama pelayan, melalui dorongan program memasuki ansuransi kesehatan dan beasiswa. Maka sangat diharapkan bangkitnya solidaritas sesama pelayan, antara lain menghidupkan kembali model solidaritas dan subsidiaritas Pelayan membantu pelayan (PMP ).

IV.        Kesimpulan

 

Panggilan thema Sinode Agung, Beritakanlah Injil untuk seluruh mahluk ( Mk 16.15 ), dan usulan thema tahun Diakonia 2009, Usahakan dan doakan kesejahteraan kota dimana kamu dibuang, karena kesejahteraan mereka adalah kesejahteraanmu ( Jern29.7 ) adalah untuk mewartakan harapan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan untuk semua, dan bahkan untuk alam . Harapan tersebut justru harus diwartakan ditengah dunia yang ditandai dengan pelbagai praktek ketidak adilan, kekerasan dan kerusakan alam. Harapan tersebut dapat terpenuhi, jika ada sikap gereja membaharui komitmen, termasuk di dalam tubuh Gereja itu sendiri. Gereja menghayati komitmennya dengan cara :

 

  1. Membaharui tekad untuk bersama kaum miskin dan lemah berperan merubah kondisi ketidakadilan, memperbaiki kerusakan lingkungan dan membawa damai dimana terjadi kekerasan dengan terus menumbuhkan sikap berani memulai dengan kekuatan dan potensi yang ada, betapa pun kecilnya, tanpa menggantungkan diri pada bantuan luar.
  2. Mendorong warga jemaat yang diberkati Tuhan dengan kekuatan ekonomi besar, agar lebih jujur dan bijak dalam mencari jalan memperbaiki hidup kaum miskin dan lemah serta lingkungan hidup yang rusak.
  3. Mendorong dan mendesak para pembuat kebijakan publik untuk berubah dari kecendrungan mempertuhankan jabatan dan mandat bagi keuntungan sendiri menuju keberanian membuat dan melaksanakan kebijakan publik yang sungguh-sungguh berpihak kepada kaum miskin , memperbaiki sikap terhadap alam dan memihak cita-cita kesejahteraan dan keadilan untuk bersama.
  4. Merangkul para cerdik cendekia untuk aktip terlibat mengkaji dan menentang gagasan serta cara-cara berfikir, termasuk dalam bidang ekonomi, yang merugikan kaum miskin ,kaum lemah dan lingkungan alam. Kajian itu diharapkan menjadi jalan bagi penemuan cara berfikir dan gagasan-gagasan yang menempatkan kesejahteraan, keadilan dan kesadaran terhadap alam bersama sebagai cita-cita utama.

 

Demikian laporan atau informasi ini disampaikan. Semoga Tuhan Raja gereja menyempurnakan segala hal-hal yang masih banyak yang belum dilakukan sepanjang 2004-2008. Semoga program 2008-2012 dapat melanjutkan dan meningkatkan program yang sudah dimulai dan tepat sesuai visi dan missi. Semoga juga apa yang dapat dikoreksi daro pelayanan selama periode 2004-2008 dapat diperbaiki dan diperbaharui secara konstruktip ke depan. Kiranya periode yang akan datang ini dapat semakin memperjelas substansi pradigma baru pelayanan diakoni belas kasih di jemaat basis. Sehingga jemaat HKBP sungguh-sungguh menjadi jemaat yang mensejahterahkan, terlebih dalam meyongsong Tahun Yobel, tahun pembebasan. Tuhan memberkati HKBP. Selamat bersinode. Horas.

 

 

Pearaja Tarutung, 15 Agustus 2008

Salam Diakonia,

HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN

Kepala Departemen Diakonia

Pdt Nelson Siregar

“Sejahtera Masyarakat, Sejahtera Negara, Sejahtera Gereja”

Yeremia 29:7

 

 

 

 

Entry filed under: Laporan Sinode. Tags: .

Panduan Tahun Diakonia HKBP 2009 Marliturgi ompung

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Categories

Jumlah Pengunjung

  • 43,594 hits

Recent Comments

Eva boru Sormin on Horas ma di hamu – Salam…
http://bestnaturalhe… on Horas ma di hamu – Salam…
lohot simanjuntak H1… on Kegiatan tahun diakonia
St. Gaya Hutasoit on Marliturgi ompung
Benhard Sitohang / B… on Horas ma di hamu – Salam…

Feeds